Senin, 26 Desember 2016

SEJARAH jembatan CIRAHONG

Jembatan Cirahong adalah jembatan kereta api yang terletak di perbatasan kabupaten Tasikmalaya dan kabupaten Ciamis , Jawa - Barat , Indonesia , tepatnya di Kecamatan Manonjaya , Tasikmalaya dengan Desa Panyingkiran , Kecamatan Ciamis . Jembatan ini melintas di atas Sungai Citanduy yang merupakan perbatasan dari kedua kabupaten tersebut .



Jembatan ini mempunyai nomor BH 1290 dan berada di timur Stasiun Manonjaya Daerah Oprasi 2 Bandung . Jembatan ini menggunakan konstruksi baja yang banyak dan cukup rapat . Jembatan yang memiliki panjang 202 meter dengan ketinggian 66 meter .




Dibangun pada tahun 1893 dengan menggunakan konstruksi baja yang rapat dan kokoh . konstruksinya pernah diperkuat pada tahun 1954 .


Keunikan jembatan Cirahong , karena memiliki 2 fungsi :

Bagian atas jembatan berfungsi untuk lalu lintas kereta api , sedangkan bagian bawah jembatan berfungsi untuk lalu lintas kendaraan . 


  Ayo lihat lebih dekat  ,  jembatan cirahong  lewat videonya : 





Namun kendaraan yang melintas harus bergantian masuk , karena ukuran jembatan yang sempit . Jembatan ini merupakan jalur alternatif dari Tasikmalaya menuju Ciamis lewat Manonjaya dan sebaliknya .

Pemuda dari daerah Manonjaya , mengatur arus masuk kendaraan dari pintu jembatan sebelah selatan atau pintu dari Manonjaya. Sedang pemuda Ciamis mengatur arus dari arah utara , Mereka bergantian berjaga selama 24 jam .
Para petugas tersebut mendapatkan upah alakadarnya dari sopir atau warga yang melintas di jembatan .
Sejarah Pembangunan Jembatan Cirahong :
Pembangunan Jembatan Cirahong tidak terlepas dari peran R.A.A. Kusumadiningrat atau Kangjeng Prebu , Bupati Galuh Ciamis tahun 1839 – 1886 .

Kangjeng Prebu

Kala itu Pemerintah Kolonial Belanda sedang membangun jalan kereta api jalur selatan yang melewati Bandung , Garut , Tasikmalaya dan Banjar selanjutnya nyambung ke Jawa Tengah . Pembangunan jalur kereta api tersebut , selain untuk angkutan massal , juga untuk mengangkut hasil bumi dari Priangan , seperti kapas , kopi , kapol , dan lainnya ke Jakarta .
Saat itu banyak perkebunan baru dibangun di daerah Galuh , seperti perkebunan Lemah Neundeut , Bangkelung dan lain-lain . Angkutan kereta diharapkan akan mempermudah jalur angkutan barang maupun mobilisasi penduduk .
Sebenarnya , awalnya jembatan ini tidak direncanakan dibangun . Dari gambar rencana yang dibuat pemerintah kolonial Belanda , jalur kereta api dari Tasikmalaya tidak melewati kota Ciamis . Tetapi mengambil jalur ke Cimaragas atau sebelah selatan Sungai Citanduy . Setelah itu masuk kota Banjar dan seterusnya jalur terbagi menjadi dua yaitu jalur yang menuju ke Pangandaran dan  ke Cilacap , Jawa Tengah .
Pertimbangannya , apabila melintas ke Kota Ciamis maka Pemerintah Belanda harus membangun dua jembatan melewati Sungai Citanduy . Tentu saja akan memakan biaya yang sangat mahal .
Informasi tersebut akhirnya sampai ke telinga Kangjeng Prebu , yang saat itu sudah pensiun dari jabatan Bupati .  Kangjeng Prabu yang masih memiliki pengaruh ke pemerintah kolonial , kemudian melobi Belanda agar jalur rel kereta yang dibangun tersebut melintasi Kota Ciamis .



Ada beberapa pertimbangan yang disampaikan Kangjeng Prebu . Pertama , jumlah penduduk Kota Ciamis sudah cukup besar dibanding Cimaragas , sehingga keberadaan kereta akan lebih bermanfaat untuk masyarakat . Selain itu , adanya stasiun Kereta Api akan memperkuat eksistensi Ciamis sebagai Ibu Kota Galuh .
Setelah melalui lobi panjang , akhirnya pemerintah kolonial menyetujui usulan Kangjeng Prebu . Belanda kemudian membangun dua jembatan di atas Sungai Citanduy . Yaitu jembatan Cirahong, dan jembatan Karangpucung di dekat Kota Banjar  dengan biayanya yang cukup mahal .

Minggu, 25 Desember 2016

Taman Wisata & Cagar Alam PANANJUNG - PANGANDARAN

Pananjung - Pangandaran merupakan sebuah semenanjung indah yang dikelilingi oleh cagar alam dan dijadikan sebuah objek wisata di Pangandaran , terletak di Desa Pananjung , Kabupaten Pangandaran , Provinsi  Jawa - barat , Indonesia .



Menurut sejarah pembentukannya , diduga Pananjung dulu merupakan sebuah pulau kecil , yang kemudian terhubung dengan daratan Pulau Jawa akibat proses sedimentasi pasir . Pananjung sekarang berstatus sebagai cagar alam . Dari tempat ini orang dapat menyaksikan keindahan terbit dan terbenamnya matahari di pantai yang berdekatan .



Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Pangandaran semula merupakan tempat perladangan penduduk ketika Y. Eycken seorang belanda pada tahun 1922 menjabat Residen Priangan , diusulkan menjadi Taman Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng,  3 ekor Sapi Betina dan beberapa ekor rusa . Karena memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934 , status kawasan tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha . 


Sebelum di tetapkan sebagai Cagar Alam kawasan hutan pangandaran terlebih dahulu ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa , hal ini berdasarkan Gb Tanggal 7-12-1934 Nomor 19 Stbl. 669 , dengan luas 497 Ha , ( luas yang sebenarnya 530 Ha ) dan taman laut luasnya 470 Ha .

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya setelah diketemukan bunga Raflesia Padma , status Suaka Margasatwa dirubah menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 34/KMP/1961 .



Akhirnya pada 1978, karena adanya potensi yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam , sebagian wilayah cagar alam yang berbatasan dengan areal permukiman statusnya diubah menjadi taman wisata alam .


Tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitar cagar alam laut (470 ha) , sehingga luas kawasan perairan di sekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1.500 ha . Perkembangan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.104/kpts-II/1993 , pengusahaan kawasan ini diserahkan kepada Perum Perhutani dan diserahkan fisik pengelolaannya pada 1 November 1999 .


Banyak legenda yang di dalam kawasan Taman wisata & cagar alam , seperti legenda ;
Gua Parat :
Gua ini dulu tempat bertapa dan bersemedi beberapa pangeran dari Mesir , yaitu Pangeran Kesepuluh ( Syekh Ahmad ) , Pangeran Kanoman ( Syekh Muhammad ) , Pangeran Maja Agung , dan Pangeran Raja Sumenda . Di dalam gua ini terdapat dua kuburan sebagai tanda bahwa di tempat inilah Syekh Ahmad dan Muhamad menghilang .

Gua Panggung :

Menurut cerita , yang berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing Benar . Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk menjaga lautan di daerah Jabar dan menjaga pantai Indonesia pada umumnya . Oleh karena itu , beliau disebut Embah Jaga Lautan .

Gua Lanang :
Gua ini dulunya merupakan keraton pertama Kerajaan Galuh . Sedangkan keraton yang kedua terdapat di Karang Kamulyan Ciamis . Raja Galuh adalah laki-laki ( lanang ) yang sedang berkelana .

Batu kalde atau Sapi Gumarang :
Di tempat ini, menurut cerita, tinggal seorang sakti yang dapat menjelma menjadi seekor sapi yang gagah berani dan sakti. Sapi Gumarang adalah nakhoda kapal .

Cirengganis :
Cerita ini berawal dari adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja Mantri . Pada suatu hari , Raja Mantri pergi untuk melihat - lihat pemandiannya .
Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya sedang mandi . Karena terdorong oleh perasaan hatinya , Raja Mantri mengambil pakaian Dewi Rangganis . Karena kesal , Dewi Rangganis kemudian berkata , barang siapa menemukan bajunya , bila perempuan akan dijadikan saudara dan bila laki-laki akan dijadikan suami .

                         Video lengkap cagar Taman Wisata Alam Pananjung - Pangandaran :





Gua Jepang :

Gua Jepang di Kawasan Cagar Alam Pangandaran di buat Periode (1941-1945) , saat itu Balatentara Dai Nippon menduduki seluruh pulau Jawa dan Madura, pembangunan Gua jepang ini di lakukan oleh para pekerja paksa ( Romusa ) selama ± 1 tahun , dan sampai sekarang gua jepang di kawasan Cagar Alam Pangandaran belum pernah di renovasi , jadi masih nampak keasliannya .

Monumen kapal Viking :
Di pantai Pasir putih terdapat FV Viking yang ditangkap akibat ilegal fishing / buronan interpol oleh kapal perang jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat , yaitu KRI Sultan Thaha Saifudin-376, pada 25 Februari 2016 yang di tenggelamkan 14/03/16 di era mentri perikanan : Susi Fudjiastuti .


Pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut (37,70 ha) dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan perairan di sekitarnya sebagai Cagar Alam Laut ( 470 ha ) , sehingga luas seluruhnya menjadi 1.000 ha . 

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104/Kpts-II/1993 pengusahaan diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani . Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan konservasi Pangandaran dan sekitarnya adalah : lintas alam , bersepeda , berenang , bersampan , scuba diving , snorking , Jet ski , banana boat dan melihat peninggalan sejarah . 

Cagar alam seluar ± 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II , memiliki berbagai ,
Fauna :
Banteng , landak , kijang, burung elang, kalajengking , biawak dan berbagai jenis kera .
Flora :
Pohon  / kayu cukup dominan adalah   Andong , Laban , sedangkan jenis pohon yang penyebarannya minim di lokasi tersebut antara lain yaitu : Wali kukun , kelepu , teureup , menteng, beringin, walen , jamura  , ki huut , renghas , dan pulus . Terdapat beberapa jenis pohon introduksi di cagar alam ini seperti : Salam , Jati, dan Huni yang tumbuh secara alami . 

Di rangkum dari wikipedia dan sumber lainnya , terimakasih
Semoga bermanfaat .



Jumat, 23 Desember 2016

KARINDING alat musik tiup tradisional Sunda Buhun

Karinding merupakan salah satu alat musik tiup khas tradisional tatar Pasundan , Jawa - Barat , Indonesia . Di beberapa tempat yang biasa membuat karinding , seperti di lingkung Citamiang , Pasirmukti { Tasikmalaya } , di daerah Lewo Malangbong { Garut } dan Cikalongkulon { Cianjur } yang dibuat dari pelepah pohon enau { kawung } , di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari Bambu ,  bentuk karinding ada tiga ruas .



Cara memainkan Karinding : disimpan di bibir , terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara . Karindng biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 - 5 orang) . Seorang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur riteme .


Secara konvensional nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis , yaitu : tonggeret, gogondangan , rereogan , dan iring-iringan.
Fungsi utama Karinding dahulu yaitu alat buat mengusir hama di sawah . Suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah { low decible } . Suaranya dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk - tepakkan . 
Suara yang keluar biasanya terdengar seperti suara : wereng , belalang , jangkrik , burung , dan lain-lain , zaman sekarang dikenal dengan istilah ultra sonik .

Biar betah di sawah , cara membunyikannya menggunakan mulut sehingga resonansina menjadi musik . Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya .


Bedanya membunyikan karinding dengan alat musik sejenisnya  lainnya yaitu pada tepukan . Kalau yang lain itu disentil . Kalau cara ditepuk dapat mengandung nada yang berbeda-beda . Ketukan dari alat musik karinding disebutnya rahel , yaitu untuk membedakan siapa yang lebih dulu menepuk dan selanjutnya . 
Yang pertama menggunakan rahèl kesatu , yang kedua menggunakan rahel kedua , dan seterusnya . Suara yang dihasilkan oleh karinding menghasilkan berbagai macam suara , diantaranya suara : kendang , gong , saron , bonang , bass , rhytm , melodi dan lain-lain .  
Karinding bisa membuat lagu sendiri , sebab cara menepuknya beda dengan suara pada mulut yang bisa divariasikan bisa memudahkan kita dalam menghasilkan suara yang warna-warni .
Kalau kita sudah mahir mainkan suara karinding, pasti akan menemukan atau menghasilkan suara buat berbicara, tetapi suara yang keluar seperti suara robotik .
Semoga bermanfaat , trims

Kamis, 22 Desember 2016

SITUS GUNUNG SUSURU

SITUS GUNUNG SUSURU

Kata SUSURU di ambil dari nama spesies tanaman purba sebangsa kaktus , dimana tanaman tersebut tumbuh dan asli dilingkungan situs dimana bunga SUSURU menghiasi dan pagar keraton Galuh Kertabumi dahulu

Situs Gunung Susuru berada di Dusun Bunder , Desa Kertabumi , Kecamatan Cijeungjing , kabupaten Ciamis , Jawa Barat - Indonesia.


Kawasan ini mempunyai luas sekitar 7 hektar. Lokasi situs berada pada kawasan yang diapit oleh Sungai Cileueur dan Sungai Cimuntur. Patimuan adalah daerah pertemuan dua sungai Cimuntur dan Cileueur.
Kedua sungai tersebut bertemu di sebelah timur laut Gunung Susuru. Gunung ini merupakan suatu tonjolan bukit yang terbentuk oleh batuan breksi vulkanik. Di situs itu, terdapat tiga batu datar terbuat dari batuan beku andesitik.
Batu datar I, berada di bagian timur laut Gunung Susuru, batu datar II berada di sebelah barat daya batu datar I, berjarak sekitar 350 m. Sedangkan batu datar III, berada di sebelah barat daya batu datar II, atau berjarak sekitar 100 m. Di dekat batu datar I terdapat batu bersusun terbentuk dari tiga bongkah batuan beku andesit.
Di Gunung Susuru juga terdapat tiga punden berundak. Punden I berada di atas bukit kecil, pada ujung timur laut Gunung Susuru. Punden II, berada diantara punden I dan punden III. Sementara Punden III, berada pada bagian barat daya Gunung Susuru, punden berundak yang susunannya masih utuh yang di sebut Batu Patapaan.
Di salah satu dolmen yang terdapat di Patapaan  diduga adalah sarkofagus (peti kubur batu) karena ketika dilakukan penggalian di bawahnya terdapat batu penyangga , Bukti tersebut memperkuat dugaan Gunung Susuru merupakan peninggalan kebudayaan Megalit { besar } , sedang temuan kampak , batu manik - manik , pecahan tembikar , merupakan ciri kebudayaan Neolitikum { zaman batu muda } , diperkirakan berkembang 1.500 tahun sebelum masehi , peninggalan lainnya : fosil tulang , gigi manusia , kapak batu , dua buah batu silinder , lumpang batu , batu korsi , menhir , dolmen , batu peluru , piring dan poci keramik serta keris dengan lik berbeda. 
Sebagai tempat objek wisata dengan pemandangan alam yang indah ,udara yang sejuk  dengan suara air mengalir kedua sungai yang jelas , situs Gunung Susuru juga menawarkan pendidikan sejarah masa kejayaan kerajaan Galuh.
Situs ini merupakan patilasan dari kerajaan Galuh Kertabumi , yang didirikan oleh Putri Tanduran Ageung , putri Raja Galuh Salawe yang bernama Sangyang Cipta. Beliau menikah dengan Rangga Permana , keponakan Prabu Geusan Ulun , penguasa kerajaan Sumedang Larang.
Wilayah ini sebagai hadiah pernikahan dari sang ayah , karna berada di pinggir sungai Cimuntur , Rangga Permana dikenal sebagai Prabu Di Muntur , di lantik sebagai raja tahun 1585 M , dan memerintah kertabumi sampai tahun 1602 M lalu di ganti putranya bernama Sang Raja Cita
Benteng Kuno, membentang melintasi desa dari sisi Cimuntur ke sisi Cileueur sepanjang kurang lebih 2 Km. Benteng kuno tersebut terbuat dari susunan batu setinggi 1 meter. Sayang, kondisinya kini tidak utuh lagi.  Masyarakat yang membangun pemukiman di alurnya memanfaatkan batu untuk pembangunan rumah. Sebagian lagi digunakan pembuatan jalan aspal. Namun di beberapa tempat, pondasi maupun strukturnya masih dapat dilihat walau kurang jelas.

referensi dari berbagai sumber
Terimakasih , semoga bermanfaat { salam : mang izzi }